Analisis Isu Kebijakan Penolakan Masyarakat Terhadap Pendirian Pabrik PT. Semen Indonesia Di Kabupaten Rembang Jawa Tengah

Polemik keberadaan pabrik PT Semen Indonesia di pegunungan Kendeng, Rembang, Jawa Tengah, masih terus berlanjut. Permasalahan ini sudah bergulir sejak tahun 2014 lalu di mana sebagian warga desa di kecamatan Rembang menggelar aksi demo menolak pendirian pabrik semen di wilayah tersebut. Sampai saat ini para petani masih menggelar demo dengan aksi cor kaki di depan Istana Negara pada 20/3/2017 lalu.

Aksi cor kaki dengan semen di depan Istana Negara mendapat perhatian yang cukup menyita publik. Bahkan salah seorang pelaku aksi meninggal dunia saat melakukan aksinya. Puluhan warga desa Rembang yang melakukan aksi cor kaki ini dilatar belakangi oleh pendirian pabrik semen oleh perusahaan milik BUMN yaitu, PT. Semen Indonesia. PT. Semen Indonesia merupakan perusahaan penghasil semen terbesar Indonesia yang juga menaungi pabrik Semen Padang dan Semen Gresik. Pembangunan pabrik ini terletak di daerah pegunungan karst (kapur) di Kendeng Utara, Jawa Tengah yang meliputi beberapa Kabupaten yaitu Pati, Kudus, Rembang, Blora, dan Grobogan hingga Tuban, Jawa Timur.

Puluhan warga desa disekitar kecamatan Rembang yang mayoritas bermata pencarian sebagai petani secara tegas menolak pendirian dan beroperasinya pabrik dengan alasan akan merusak lingkungan, mengurangi cadangan air tanah serta mengurangi lahan pertanian mereka. Daerah penambangan kapur yang dijadikan pabrik tersebut merupakan daerah cekungan air tanah. Sehingga warga desa sekitar pabrik menilai jika daerah itu terus dieksploitasi akan mengurangi debit air tanah dan daerah resapan air sebagai sumber irigasi pertanian mereka.

Aksi penolakan terhadap pendirian pabrik semen di kecamatan Rembang ini merupakan perwujudan dari proses panjang pembangunan pabrik sejak 2014 lalu. Di mana pada tahun 2016 telah dibatalkan izin lingkungan penambangan oleh Mahkamah Agung dan mewajibkan Gubernur Jawa Tengah untuk mencabut Surat Keputusan Gubernur Nomor 660.1/30 Tahun 2016 tentang Izin Lingkungan Kegiatan Penambangan Bahan Baku dan Pembangunan serta Pengoperasian Pabrik Semen PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. Gubernur Jawa Tengah telah memenuhi putusan MA tersebut pada januari 2017. Tetapi, sebulan kemudian Gubernur Jawa Tengah menerbitkan kembali Surat Keputusan atas rekomendasi dari tim ahli lingkungan.

Di sisi lain, menurut Kepala Desa Pasucen Salamun mengatakan warga di desanya berjuang agar Semen Indonesia tetap ada. Menurutnya, isu-isu negatif hanya berasal dari segelintir orang. Pasucen merupakan salah satu desa yang berada di sekitar pabrik semen. Menurut Salamun, manfaat Semen Indonesia juga untuk menyerap tenaga kerja.

"Ada juga anggaran CSR, seperti adanya pelatihan-pelatihan," ujar Salamun, Selasa (21/3/2017). (https://news.detik.com/berita/d-3452919/cerita-warga-sekitar-pabrik-semen-rembang-tentang-demo-pro-kontra, diakses tanggal 30 Maret 2017).

Dari beberapa desa yang ada di kaki Gunung Kendeng hanya Desa Timbrangan dan Desa Tegaldowo yang menolak pendirian pabrik tersebut. Sedangkan beberapa desa yang lain mendukung agar pabrik semen tersebut beroperasi. Berdasarkan informasi yang diperoleh bahwa hanya sebagian kecil yang menolak dibanding dengan yang mendukung pendirian pabrik semen. Mungkin ini alasan Gubernur Jawa Tengah menerbitkan kembali izin operasi dan penambangan pabrik yang tentunya hal ini untuk mendukung kemajuan perekonomian warga desa sekitar pabrik beroperasi dan menunjang kesejahteraan masyarakat sekitar.

Mereka yang mendukung pendirian pabrik semen menganggap bahwa dengan adanya pendirian pabrik akan menyerap tenaga kerja disekitar lokasi pabrik dan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi menjadi lebih baik. Dengan jalannya kegiatan ekonomi dari beroperasinya pabrik semen, maka sektor lain seperti industri kecil dan menengah (IKM) juga berpeluang akan hidup. Dalam hal ini, tentu pembangunan di Jawa Tengah akan lebih baik lagi ke depannya.